>

Cari Blog Ini

Minggu, 20 Januari 2013

Senja Musim Lalu #bag.01



-GADIS CANTIK ITU BERNAMA...-





Namanya Gisha Putri, Cantik, Ramah, Pintar, benar-benar seperti seorang Putri yang diutus membawa kedamaian diBumi, Sempurna.. tapi jangan pernah bermimpi untuk menjadi pacarnya, disampinya selalu ada Eras. Eras adalah pacarnya sejak mereka sama-sama duduk dibangku kelas 2 SMP. Dan kini mereka sudah semester 5 disebuah Perguruan Tinggi di Jakarta. Tujuh Setengah tahun memang bukan waktu yang sebentar, dan tidak mudah juga memisahkan mereka berdua dengan waktu yang mereka jalani. Sudah banyak yang ingin menghancurkan hubungan mereka, tapi banyak yang gagal. Sepertinya mereka bisa bertahan sebegitu lamanya karna kepercayaan yang mereka tanamkan. Mereka memang pasangan yang serasi, Gisha cantik dan Eras Tampan.


“Woy! Nglamun aja”
Afif menoleh kearah yang memukul pundaknya dan membuat ia tersentak. Sahabat dan adik Perempuannya tengah terkekeh-kekeh melihat ekspresinya. Suasana kantin yang tadinya nyaman, jadi rame karna mereka berdua.
“pasti Gisha lagi ya bang?”  Goda adiknya.
Lagi-lagi laki-laki yang tadi memukul pundaknya tertawa. “sudahlah Dis, tambah merah nanti pipi abangmu”
Afif hanya tersenyum kecut, Gadis dan Revi adik dan sahabatnya memang selalu iseng.
“kak Revi, memang Gisha sama Eras serasi?” Tanya Gadis yang memang masih empat semester dibawah mereka, semester satu.
“hem, nanti kamu juga tau sendiri Dis, mereka terkenal kok dikampus” jawab Revi
Gadis hanya terdiam sambil memperhatikan perempuan yang sedang asik bercengkrama dengan teman-temannya, perempuan yang sukses menempati hati Abangnya. Namun harapan Abangnya untuk memiliki sia-sia.
“cantik, tapi auratnya ngga dijaga” celetuk Gadis
Sontak Afif dan Revi menoleh kearahnya dengan tatapan memprotes, Gadis yang merasa terpojok hanya cengengesan. “maaf” katanya pelan.
Afif dan Revipun menoleh kembali kearah Gisha. Gadis nampak jutek sejutek juteknya, bagaimana mungkin Abang dan sahabat karibnya sejak masih ingusan ini tertarik pada Perempuan seperti Gisha? Yah! Meskipun Gisha cantik, tapi lihatlah penampilannya. Kakinya yang putih mulus hanya tertutupi sampai atas lutut saja, tangannya yang putih bersih dan pasti halus pun sangat terlihat, karna ia hanya menggunakan t-shirt pendek.
“yah! Pergi deh!” seru Revi yang melihat Gisha pergi meninggalkan kerumunan teman-temannya diseberang mereka bertiga duduk
Gadis cekikikan dibuatnya.
“kamu sih Dis gara-garanya” gerutu Revi
“loh, kok Gadis?” tanya Gadis tak terima.
“iya, gara-gara kamu bilang dia nggak nutup auratnya”
“loh! Benerkan?”

“iya bener, kamu kan nutup auratnya” Afif yang sedari tadi diam angkat bicara. Tapi justru membuat adiknya sakit hati.
Gadis langsung berdiri meningalkan mereka.
“keterlaluan, gara-gara perempuan cantik saja sampe tega nyakitin perasaan adiknya” omel Gadis didalam Toilet.
“oke! Kalo kamu maunya begitu aku nggak masalah kok, bahkan kalau kita harus menjauh selama dua atau tiga tahun aku siap. Kalau buat kamu enam bulan itu sebentar buat jauh dari aku”
Gadis terdiam demi mendengar sebuah suara yang membuat toilet serasa rame. Padahal tadi Cuma ada Gadis ditoilet.
Gadis pun keluar, ia melihat perempuan yang tengah menangis didepan cermin toilet. Dan ia begitu paham siapa perempuan itu, yang baru saja membuat ia marah-marah dengan abangnya. Gadis tak tega juga melihat Perempuan itu menangis, ia menyodorkan Tissue yang membuat Gisha Tersentak.
“Thank’s” Ucap Gisha
Gadis hanya tersenyum, berusaha memberikan senyum terbaiknya.
Gisha membalikkan badannya membelakangi Kaca besar di Toilet kampus itu. “Laki-laki itu munafik” Ucap Gisha membuka percakapan dengan Gadis.
“nggak semua kok” Jawab Gadis lirih
Gisha menoleh kearah Gadis, menatapnya tajam “ dulu, Papi pergi meninggalkan Mami karena perempuan lain, tanpa mempedulikan putrinya yang masih dalam kandungan, dan sejak lahir hingga 14 tahun lamanya aku benci dengan semua laki-laki. Termasuk kakek dan guruku sekalipun.” Gisha mulai terisak
Gadis menepuk pundak Gisha pelan, mencoba menenangkan.
“sampai dia datang, tadinya aku berfikir bahwa ini hanya cinta monyet. Tapi, semakin aku berfikir justru aku semakin yakin bahwa dia sangat mencintaiku” Gisha mengusap air matanya “tapi setelah aku yakin, dia meninggalkan aku” lanjut Gisha sesenggukan.
Gadis memeluk Gisha “kalian putus?” bisik Gadis pelan
Gisha melepas pelukan Gadis dan kembali mengusap air matanya, “maaf, bukan maksud menambah bebanmu” kata Gisha yang baru sadar dia bicara dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Bisa-bisa berita tentang ia dan Eras akan tambah heboh.
“tidak apa-apa., senang bisa berbagi beban” jawab Gadis “kenalkan aku Gadis” kata gadis sambil mengulurkan tangannya.
Gisha membalas uluran tangan Gadis “aku Gi..”
“Gisha kan?” potong Gadis
“kok kenal?” tanya Gisha yang sebenarnya jawabannya sudah bisa dia ketahui.
“siapa sih yang tidak kenal dengan Gisha dan Eras?”
Gisha tersenyum kecut.

Angin diloteng kampus berhembus kencang, memainkan jilbab lebar yang dikenakan Gadis. Sementara Gisha belum juga memulai pembicaraan. Dari atas loteng Gadis bisa melihat semua aktivitas dibawah sana. Para Mahasiswa yang sibuk dengan dunianya.
“Eras bilang hubungan kami sudah sampai pada titik jenuh, kemesraan yang kami tunjukkan pada orang-orang hanya kedok ketenaran semata” Gisha membuka pembicaraan.
Gadis menengok kearah Gisha yang duduk diatap kampus “maksudnya?”
“yah! Setiap kami bertemu berdua, kami justru ribut dengan hal-hal sepele. Meski tak sempat terucap kata putus, karena pasti akan baikan kembali setelah berhadapan dengan teman-teman kampus” jelas Gisha “kami merasa dunia kami hanya begitu-begitu saja, hanya ada kami berdua”
Gadis berjalan mendekati Gisha, dan duduk disampingnya.
“Eras memutuskan untuk menjaga jarak selama satu semester, ia sudah mengambil cuti tanpa sepengetahuanku”
“kenapa?” Tanya Gadis yang sedari tadi diam saja.
“katanya, biar kita bisa tahu makna sebuah kerinduan yang sebenarnya, biar kita sama-sama tahu arti kehadiran kita masing-masing” jawab Gisha kembali mengisak.
Gisha menyandarkan kepalanya dipundak Gadis
“berarti kalian belum putuskan?”
“iya, tapi pasti banyak kebohongan disana”
“kebohongan?” tanya Gadis tak mengerti
“bayangkan Gadis, selama enam bulan aku harus berpura-pura seolah-olah hubungan kami baik-baik saja, tanpa satu orangpun yang tahu sesungguhnya selain aku, Eras, dan Kamu. Selama enam bulan aku harus berfikir bahwa Eras cuti karena Ia belajar meneruskan Usaha Papanya yang tengah berantakan”
Gadis mengelus rambut Gisha yang semakin menjadi menangis.
“kamu mau kan dis selalu ada disampingku?” pinta Gisha, sambil melepas pelukan Gadis.
“In Shaa Allah Gisha, aku selalu ada untuk kamu”
“kamu mau kan, tetap meyakinkan aku. Bahwa Eras bukanlah laki-laki biadab seperti Papiku?”
“Sha, keyakinan itu adanya didalam hati kamu. Kamu lah yang harus menanamnya sendiri. Aku hanya membantu menyiramnya agar tidak layu. Kamulah yang harus memupuknya agar tidak mati”
“aku percaya sama kamu Dis, mulai sekarang kamu mau kan jadi sahabatku”
“tidak harus sekarang Sha, tapi selamanya” jawab Gadis.
Dua Mahasiswi itu kemudian tertawa bersama..

*bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar