faya meringis kesakitan, badannya sakit semua rasanya. Ia sendiri tidak menyangka kenapa ia bisa jatuh. Padahal ia hanya jalan kaki biasa.
“dalam enam bulan terakhir, mbak fay seriiing sekali jatuh, minggu ini saja, dikantor mbak sudah jatuh tiga kali. Itu yang saya lihat” kata nabil yang mengetahui faya jatuh
Faya tersenyum kecut “saya tadi melamun”
“yang jelas mbak fay kecapaian, kenapa mbak nggak coba cuti?” Tanya nabil
“hemz! Novel kedua saya sudah hampir jadi, mungkin setelah pencetakan pertama saya mau ngambil cuti mas”
“gitu dong mbak, dunia itu semakin dikejar justru semakin jauh. Beda dengan akhirat!”
faya hanya tersenyum. “saya kurang jelas dengan yang mas nabil bicarakan” akunya
Nabil mendesah “kenapa akhir-akhir ini bicara dengan mbak fay jadi seperti bicara sendiri?”
“maksud mas nabil?” Tanya faya tak mengerti
“dalam enam bulan terakhir, mbak fay seriiing sekali jatuh, minggu ini saja, dikantor mbak sudah jatuh tiga kali. Itu yang saya lihat” kata nabil yang mengetahui faya jatuh
Faya tersenyum kecut “saya tadi melamun”
“yang jelas mbak fay kecapaian, kenapa mbak nggak coba cuti?” Tanya nabil
“hemz! Novel kedua saya sudah hampir jadi, mungkin setelah pencetakan pertama saya mau ngambil cuti mas”
“gitu dong mbak, dunia itu semakin dikejar justru semakin jauh. Beda dengan akhirat!”
faya hanya tersenyum. “saya kurang jelas dengan yang mas nabil bicarakan” akunya
Nabil mendesah “kenapa akhir-akhir ini bicara dengan mbak fay jadi seperti bicara sendiri?”
“maksud mas nabil?” Tanya faya tak mengerti