>

Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Januari 2013

Senja Musim Lalu #bag.02

-BERTEMU PRIA PEDULI-
“kamu yakin Dis nggak perlu aku antar?” tawar Gisha
“nggak usah Sha, aku bareng sama Abangku kok”
“oh, Abang kamu kuliyah disini juga?” tanya Gisha
“iya, satu semester satu jurusan dan satu kelas kok sama kamu”
“oh ya? Siapa?”
“Afif, kenal?”
Gisha mengerutkan keningnya “Afif temannya Revi?” tanya Gisha
“iya”
Gisha tertawa terbahak-bahak
“kenapa?” tanya Gadis heran
“nggak, dulu kami pernah satu kelompok waktu ospek. Revi pernah nembak aku, tapi malu sendiri begitu tau aku sudah punya pacar”
Gadis ikut tertawa yang sebenarnya baginya sangat tidak lucu.
“ya sudah, aku duluan ya? “ pamit Gisha yang segera hilang bersama honda Jass silvernya. Benar-benar Perfect.
Gadis membuka HP nya hendak menghubungi abangnya. Dan betapa shocknya dia, karena baru membaca SMS dari Abangnya bahwa ia sudah pulang duluan karena lama menunggu Gadis. Gadispun kembali ngomel-ngomel. Coba SMS itu ia baca lima menit yang lalu. Pasti ia tak akan naik metro mini. Ia paling malas naik metro mini. Karena pasti akan banyak orang yang memandangnya setengah mata dengan jilbab lebarnya. Karena berjalan sambil menggerutu, hampir saja Gadis ditabrak Motor, hingga ia tersungkur ketanah. Omelan untuk Abangnya seketika berpindah ke pengendara motor.

“woy! Kalo jalan lihat-lihat donk!” teriaknya.
Pengendara itu cukup tanggung jawab. Ia menghentikan motornya dan berjalan menghampiri Gadis.
“saya naik motor loh, yang jalan kamu” kata pengendara motor itu.
Gadis baru sadar akan ucapannya sendiri. “tapikan..”
Gadis menghentikan kata-katanya demi melihat laki-laki yang ada dihadapannya. Wajahnya... ah.. “Astaghfirullah” ucapnya lirih dan segera menundukkan pandangannya.
“bisa bangun?” tanya laki-laki itu
“bisa kok, saya nggak manja kayak perempuan yang lain” jawab Gadis sewot tanpa melihat laki-laki yang menabraknya. Karena sesungguhnya dadanya tengah berdebar hebat karena laki-laki itu.
“ya sudah, saya antar pulang yuk! Kamu mau pulang kan?”
“nggak usah macam-macam deh! Kamu fikir saya perempuan yang enak diajak-ajak apa?”
“heh! Saya ini udah baik hati nganterin kamu pulang! Saya juga tau kok siapa kamu!” kata laki-laki itu marah-marah.
“hah!” kembali dada Gadis berdebar dengan kata-kata laki-laki itu.
“iya, kamu kan pake jilbab. Jadi sudah pasti kamu bukan perempuan gampangan. Nggak usah Ge-Er deh!”
“hih! Siapa yang Ge-Er! Lagian tau dari mana kamu kalau saya mau pulang? Ngga usah Sotoy deh!” timpal Gadis tidak mau kalah.
“hey! Setiap orang yang keluar dari Gerbang kampus bukannya mau pulang kan? Nggak mau berangkat kan?”
“salah, saya justru baru mau berangkat” Jawab Gadis ketus.
“Berangkat?”
“iya, berangkat kerumah” Jawab Gadis semaunya
“Bahasa kamu berantakan ya? Pasti nilai Bahasanya jelek”
“hey! Kamu kira?! Kamu kenal Helvi Tiana Rosa? Asma Nadia? Habiburrahman el-Shirazy?”
“iya, kenapa? Saudara kamu? Tapi bahasa kamu tetap saja kacau”
“sotoy! Itu penulis tau!” jawab Gadis sambil melangkah meninggalkan laki-laki itu yang tengah tertawa terbahak-bahak demi mendengar jawaban Gadis.
“hey! Sudah hampir Maghrib loh, bahaya untuk perempuan seperti kamu naik angkutan umum” panggil laki-laki itu.
Gadis menghentikan jalannya, laki-laki itu menghampiri Gadis dengan motornya “ayo aku anterin”
“tapi aku kan nggak pake Helm. Kalo kamu nabrak orang lagi bagaimana? Kamu selamat pakai Helm, nah aku?!”
“didepan sana ada yang jualan Helm, kita beli disana”
Gadis membuka dompetnya, uangnya pasti tidak cukup untuk beli Helm. Apa lagi hanya untuk sekali pakai saja. Ia kan biasa naik mobil dengan Abangnya dan Revi.
“sudah, pakai uangku. Kan yang salah aku. Hitung-hitung sambil minta maaf” ”sekalian melindungi kamu dari tindak kejahatan diangkutan umum”
Gadispun menurut. Menaiki motor dengan laki-laki yang menyebalkan tapi mampu membuat dadanya berdengup kencang.

“sudah sampai. Turun disini saja” pinta Gadis.
Laki-laki itu langsung menghentikan motonya. “lumayan jauh ya?”
“kenapa? Nyesel?”
“iya, nyesel kalau sampai kamu jadi pulang naik angkutan umum”
“peduli amat, nih helmnya”
“kenang-kenangan saja. Biar kamu ingat kalau pernah ada orang yang peduli sama kamu”
Gadis mengerutkan keningnya. “eh, maaf ya nggak disuruh masuk. Aku nggak biasa nerima tamu cowok, selain teman abangku”
“berarti aku harus temenan dulu sama Abangmu ya kalau mau main kesini?”
Sontak mereka berdua tertawa. Namun kemudian Gadis diam menyadari bahwa sebenarnya itu hanya lelucon.
“ya sudah, aku pamit ya?”
Gadis mengangguk “sekali lagi terimakasih”
“untuk apa? Karena sudah aku tabrak?”
Gadis hanya tersenyum
“ya sudah, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Dan laki-laki itu menghilang ditelan malam. Gadis hanya tersenyum. Entah perasaan apa yang ia rasakan. Tapi ia tau ini salah. “cukup Dis, ini untuk pertama dan terakhir kalinya kamu seperti ini” bisiknya lirih
Ia pun melangkah menuju rumah “Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam, Baru pulang Dis?” tanya Bundanya
“iya, bang Afif curang, masak Gadis ditinggal” jawab Gadis sewot.
“loh? Kata Abangmu kamu yang dicari susah”
Gadis terdiam sejenak “kemana dia Bun?”
“biasa, kerumah samping”
“kerumah kak Revi?”
Bundanya tersenyum “siapa lagi, belajar mungkin”
“belajar sih nggak Bun, ngomongin Gisha iya” celetuk Gadis
“siapa Gisha?”
“cewek paling cantik dikampus, katanya” jawab Gadis jutek
Bundanya tertawa lirih “sudah, ayo makan dulu”
“Gadis naik keatas dulu Bun, mau bersihin badan”
“eh, kok bawa helm?” tanya bundanya.
“ia, tadi dianterin orang. Karena dia tabrak Gadis” “terus dia fikir, nggak baik bagi perempuan seperti gadis naik angkutan umum malam-malam begini. Jadi dia beli helm buat nganterin Gadis”
“baik sekali.. siapa?”
Gadis yang sedari tadi senyum menceritakan laki-laki itu pada Bundanya mendadak murung. Bundanya pun mengerutkan keningnya.
“ya sudah, lain kali ajak main kesini. Kenapa tadi tidak disuruh masuk”
“itu masalahnya Bun”
“kenapa?” tanya Bundanya tak mengerti
“Gadis lupa tanya siapa namanya” jawab gadis sambil cengengesan.
Bundanya hanya menggelengkan kepala. Gadispun berlalu menuju kamarnya.
Ia pandangi Helm pemberian laki-laki tadi. Sayangnya Gadis lupa bertanya siapa namanya. “lagian dia juga nggak nanya siapa nama ku” bisiknya pelan
*
“kenapa? Nyesel?”
“iya, nyesel kalau sampai kamu jadi pulang naik angkutan umum”
“peduli amat, nih helmnya”
“kenang-kenangan saja. Biar kamu ingat kalau pernah ada orang yang peduli sama kamu”
*
Gadis hanya tersenyum malu. Entah apa yang dia rasakan.
“loh? Katanya mau mandi?”
Gadis tersentak, karena tiba-tiba Bundanya masuk ke kamarnya
“jatuh cinta ya?” ledek bundanya sambil duduk mendekati Gadis.
Gadis tersenyum “sama siapa sih Bunda? Bunda kan tau Gadis nggak pernah dekat sama Laki-laki selain Ayah, Abang dan Kak Revi”
Bundanya melirik kearah helm yang ada didepan Gadis. Dan Gadis baru sadar. “ih! Ya nggak lah Bunda” tolak Gadis.
“Bunda bisa ngerti kok Dis, selama kamu masih dibatas yang normal”
“nggak ada yang normal selain cinta dalam sebuah mahligai pernikahan Bunda” jawab Gadis murung “harusnya perasaan ini belum datang sekarang”
“kenapa? Berarti kamu menolak anugerah yang diberikan Allah kepadamu?”
“bukan begitu Bunda, tapi jalannya masih terlalu panjang”
“mata kita yang kerdil Gadis, maka dari itu kita memandang jalan yang sebenarnya sangat singkat terasa panjang”
Gadis memandang Bundanya “lalu apa yang harus Gadis lakukan untuk mengatasi perasaan ini Bunda?”
“sejak kapan ia ada?”
“sejak Gadis pertama melihatnya tadi”
“hati-hati, siapa tahu kamu hanya jatuh cinta pada parasnya. Kamu adukan dulu pada Pemilik cinta, pantaskah perasaan cintamu untuk laki-laki itu” “lalu, kalau kamu sudah yakin. Baru itu urusan Bunda dan Ayah”
“tapi.. Gadis sendiri tidak tau dia siapa Bunda”
“mungkin Mahasiswa disitu juga, siapa tau Abangmu kenal”

Gadis terdiam. dan sekali lagi, ia tidak tau apa yang dia rasakan.

3 komentar: