>

Cari Blog Ini

Rabu, 21 Desember 2011

OASE DIDALAM HATI / #7




Gigar sedikit berlari mengejar gadis itu, ia hanya memastikan benar atau tidak dengan apa yang dia lihat.. ‘Mourasty Anggara Pryanika’ nama itu? Mana mungkin ia lupa.. meskipun kini gadis itu berjilbab,, ia yakin gadis itu juga masih mengingatnya.. buktinya ia lari ketika mengetahui gigar mengejarnya..
“Asti!!!” panggil gigar
Gadis itu menghentikan langkahnya. Gigar melangkah mendekatinya.. ia perhatikan wajah gadis itu, benar! Ia tidak salah..
“ka.. kamu, Asti?” tanyanya sedikit gugup
Gadis itu hanya menunduk dan mengangguk..
Gigar tersenyum kecut.. menghadapi kenyataan, yah.. masa lalu yang pedih tengah menghampirinya.. gadis inilah dan para sahabatnya yang dulu merancang kesakitannya..
“ow! Bagaimana salah satu anggota rombongan Genk yang mengandalkan kemewahan dunia bisa tersesat ditempat ini?” sindirnya.
Asti memberanikan diri mengangkat mukanya “hmm.. begitu ya?, lalu bagaimana seorang pengecut bisa sampai juga ditempat ini?” balas Asti
“hey!! Apa maksud kamu?” Tanya Gigar sedikit marah
“santai saja, untung faya nggak bener-bener suka sama kamu ya? Orang yang lari dari kenyataan..” kata Asti
“cukup!! Jangan sebut teman kamu yang congkak itu!”
“congkak?” Asti berpura- pura bertanya “sebenarnya siapa yang congkak?, faya atau kamu? Yah… sebenarnya saat itu Faya hanya menguji pendapat kami bahwa kamu mencintai dia,, dan ternyata, benarkan? Kamu memang mencintai dia?” ledeknya
“apa maksud kamu as?! Tak terbesit sedikitpun dalam hati gigar febrian mencintai seseorang yang tidak bisa menghargai perasaan orang lain! Mencintai gadis yang agresif!”
“benarkah? benarkah Tak terbesit sedikitpun dalam hati gigar febrian mencintai seseorang yang tidak bisa menghargai perasaan orang lain, Mencintai gadis yang agresif? Lalu kenapa gigar febrian marah-marah ketika mengetahui bahwa apa yang diungkapkan faya kepadanya hanyalah sebuah kebohongan?”
Gigar ter gagap demi mendengar apa yang diungkapkan asti..
“…..”

“dengar ya saudara gigar febrian.., Faya sekarang sudah cukup bahagia dengan apa yang dia raih! Bahkan dia sudah bertunangan dengan laki-laki yang kaya, pintar, mencintainya sepenuh hati, dan tentunya tidak pengecut seperti anda!” kata asti,,
Setelah berkata demikian, astipun pergi meninggalkan Gigar, kini dihati Gigar tebesit lagi perasaan sakit yang lebih sakit dari yang ia rasakan dulu,, kata-kata asti barusan menjawab semua kegelisahannya selama ini, bahwa faya memang benar-benar mempermainkan perasaannya.. dan mungkin laki-laki yang dimaksud asti adalah ‘Surya Darmawan Alfandhy” yang di Facebook Faya tertulis bahwa dia adalah pacarnya..

Sementara itu asti justru tengah menangis tersedu-sedu didalam kamar asramanya..
“Faya? Aku sendiri tidak tahu bagaimana kabar sahabat-sahabatku” bisiknya lirih..
Mungkin bagi banyak orang hidup bergelimang harta seperti ia dan sahabat-sahabatnya itu enak, tapi baginya? Sejak kecil ia tak mampu memilih jalannya sendiri, ia dibesarkan dengan penuh aturan..
Pasca lulus SMP ia sekolah diAmerika, tadinya hingga kuliyah ia akan menetap dinegri paman sam itu.. tapi naas, pergaulannya tak terarah dan ia dibehentikan dari perkuliyahan karena nilainya yang terus menurun, higga ia merasa depresi selama satu tahun..
Yah.. waktu yang cukup lama sampai detik ini! Kemudian orang tuanya mengirimnya kesini, ke sekolah yang berbasis pendidikan agama, tapi ia benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan gigar..
Karna sebenarnya ia disekolahkan keluar negri juga bukan tanpa alasan..
Orang tuanya tak menyukai sahabatnya, tidak semuanya, haya Emma, Emma memang berasal dari keluarga tak mampu, untuk bisa sekolah diSMPnya dulu saja ia mendapatkan beasiswa..
Haahh.. semenjak ia diluar negri, hubungannya dengan para sahabatnya terputus total! Bahkan ia tadi hanya mengarang bahwa Faya tengah bahagia dan sudah bertunangan..
Tapi ia yakin, apa yang dia ucapkan pasti tidak jauh dari kenyataan.. faya pasti bahagia, dia gadis yang punya segalanya yang diimpikan laki-laki manapun.. cantik, baik, dan hidup disiplin,, bahkan untuk berpacaran sekalipun!
meskipun ia diberi kebebasan oleh orang tuanya, tapi ia tidak seperti asti yang justru menyalah gunakan kebebasan tersebut! Alhasil., dirinya yang seharusnya bisa menempuh ilmu dengan segala fasilitas harus terpuruk ditempat ini.. bahkan! Orang tuanya mungkin tak peduli dengannya,, dan ia yang seharusnya sudah semester enam, kini masih semester empat,,
Dan untuk menempuh kuliyah sekalipun, Asti tak memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dia inginkan, ia ingin mengambil jurusan tekhnik, tapi arang tuanya ngotot memaksanya memilih ekonomi..
“kalau kamu mau ngambil tekhnik, siapa nanti yang meneruskan usaha papa as?” begitu selalu yang diucapkan orang tuanya,,
“Ukhty menangis?” Tanya sebuah suara..
Astipun tersentak, ternyata teman satu asramanya, tapi ia belum sempat berkenalan.. ia hanya tau bahwa gadis itu satu fakultas dengan gigar tadi..
Asti tersenyum “saya rindu orang tua saya?” katanya
Rindu? Sedikitpun asti tak merasakannya, mereka hanya sibuk dengan urusan duniawi,, mereka mengharapkan anaknya berjalan lurus, tapi mereka justru memilih jalan yang bengkok..
“ooh.. biasa masih pertama” jawab gadis itu “kenalkan saya Aisha” katanya
“saya…”
”Astikan?” potong Aisha
“kok Ukhty tau?” Tanya Asti heran
“tadi Akhy gigar Tanya, memang benar Asti ya?” Tanya Aisha
“iya,”jawab asti singkat, gigar? Huhh… sepertinya…
“oh ya, kok Akhy Gigar kenal?”
Betul! apa yang tengah difikirkan Asti, pasti gadis itu akan bertanya demikian..
“oh.. gigar ya.. eh.. Akhy gigar” asti sedikit memutar otaknya, apa yang akan ia katakana pada gadis itu..
Aisha Nampak mengerutkan keningnya, bingung!
“eemmm.. kebetulan kami pernah kenal sebentar!”..

Meski bingung, tapi Aisha hanya diam..
ia yakin bahwa sahabat barunya ini tengah berbohong, karna ia nampak sekali tengah gugup menjawab pertanyaan Aisha.. dan pastinya gadis tersebut pernah menjadi bagian dari masa lalu gigar,, karna tadi gigar Nampak tergesa-gesa mengejarnya..
tiba-tiba terbesit dalam fikiran Aisha“apa jangan-jangan gadis ini yang…..”

*Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar