>

Cari Blog Ini

Senin, 22 September 2014

RAMADHAN UNTUK AZALIA


Senja masih menyisakan sinar mentari di ujung barat.
Gadis itu masih menikmati sorenya, sore yang baginya begitu indah. Ia biarkan angin meniup jibab birunya, menyatu dengan langit dan bisingnya Ibu Kota di luar sana.
“lalu bagaimana kalau ternyata laki-laki itu sudah menikah? Atau punya calon mungkin?”
Sebuah suara kembali mengisi heningnya.

***
Adzan Isya’ berkumandang dari setiap masjid, malam ini Ramadhan hari pertama, semua orang berbondong-bondong memenuhi panggilan Rabbnya.
Ramadhan, Azalia selalu mencintai moment ini. Moment dimana semua Masjid terisi penuh disetiap waktu. Suara Al-Qur’an menggema dimana-mana. Membuat ia selalu merindukan kampungnya. Dan merasakan seolah kampungnya hadir ditengah-tengahnya.

Selasa, 09 September 2014

Senja Musim Lalu #bag.08



Seperti halnya Gisha, Afif pun tengah menikmati malam di teras belakang rumahnya. Entah mengapa ia jadi tidak begitu menyukai kebisingan. Ditengah hatinya yang sedang antara bahagia mendapatkan balasan cinta dari Gisha dan gelisah takut kalau Gadis mengetahuinya, dan kini? Perasaan itu tumbuh kembali, beberapa jam yang lalu saat ia melihat senyum itu.
“malam adalah syurga untuk jiwa-jiwa yang lelah. kehadiranya pula selalu menyadarkan kita, Bahwa hidup tak selamanya gelap. Akan ada sinar yang datang menyongsong kita, mungkin esok, atau bahkan lusa”
Afif tersentak, seorang perempuan berkacamata dengan jilbab biru kini duduk disampingnya.
“tau apa kamu?” kata Afif dengan sinisnya.
Sebisa mungkin Afif mencoba menghindari perasaan pada perempuan disampingnya itu.
“banyak Afif Eshtania Yuza Adhinegara, tentang apa? Persahabatanmu dengan Revi? Atau Gisha dan Eras? Meskipun aku belum tahu mereka, tapi aku siapkan semua” “apa kamu pikir aku ini gadis bodoh yang hanya menumpang pada saudaranya? Dan apa tak ada maksud lain untuk mengajar dan melanjutkan kuliyah dikampusmu? Bahkan aku pastikan, kesombonganmu itu tak akan bertahan lama. tadinya aku berniat baik denganmu dan Gadis, tapi perlakuanmu barusan membuat aku berfikir seribu kali. Jika kamu pernah mendengar dendam perempuan lebih kejam dari laki-laki, maka kamu akan membuktikan kebenarannya”