>

Cari Blog Ini

Jumat, 08 April 2016

PANEPISTIMIO - 05. Peristiwa Jum'at Pagi (4)

Jam 07.30an. Gadis manis itu masih berdiri menatap kosong keluar. Penampilannya rapi, dan sudah siap untuk keluar. Tapi ia masih memenjara diri dalam rumah sederhana yang belum lama dia tempati.
"Sha, belum berangkat?"
Dia melirik asal suara, kemudian kembali memandang keluar.
"Hari ini kamu UAS terakhir. Kamu harus tetap kuliyah nak"
"Kuliyah? Mami fikir selama empat hari ini Felisha tidak ada niat untuk itu? Menahan tatapan sinis dan kata2 nyinyir" "teman-teman Felisha semuanya menjauhi. Bahkan tidak ada yang mau duduk dekat Felisha" katanya datar.
Tiba-tiba sebuah tangan menariknya. 
"Ayo kakak antar"
Felisha menepis tangan kakaknya. "Percuma kak, sampai sana kita pasti telat"
"Kita buktikan, walaupun anak koruptor, kita masih semangat untuk kebaikan. Yang penting ada niat untuk datang"
"Tapi kak..."

Cecilia mengeluarkan 2 masker dan kacamata dari tasnya.
"Pakai ini, kita naik busway"
Felisha mau tidak mau menuruti apa kata kakaknya.
Sudah hampir 3 bulan Papinya terjerat kasus korupsi. Dan selama 3 bulan itu Felisha baru masuk pas UAS. DIA berharap teman-temannya sudah melupakan kasus Papinya. Tapi ternyata tidak, begitu melihat Felisha, mereka membuli habis-habisan.
Tapi Felisha mensyukuri atas kejadian ini, karena ia semakin dekat dengan kakaknya.
Kakaknya adalah orang pertama yang tidak pernah setuju ayahnya terjun didunia politik. Sampai akhirnya ia diusir dari rumah. Tapi kakaknya tidak pernah pergi, dia gunakan waktu selama 5 tahun berpisah dengan keluarga untuk bekerja dan menyicil rumah impian untuk ditempati meskipun sederhana. Karena dia merasa kalau nasib ayahnya akan berakhir tragis, masih ada rumah untuk keluarganya nanti tinggal.
"Kak, Felisha bangga sama kakak"
Cecilia menatap adiknya dalam, tampak sekali matanya berkaca-kaca. Felisha sering melihat begitu, meskipun tidak menangis didepannya, tapi mata itu selalu sembab. Bohong kalau kakaknya tidak pernah menangis, beberapa kali Felisha memergoki Cecilia menangis dikamarnya.
Tertangkapnya Papi sebagai tersangka korupsi, bukan menjamin kalau hubungan kakak dan Papinya akan membaik. Justru suasana makin keruh, apalagi begitu Papinya mengetahui kalau mereka tinggal dirumah Cecilia. Papi menuduh Cecilialah penyebabnya. Dan bahagia karena ketakutan Cecilia terbukti.
"Didunia ini, tidak ada orang yang ingin terlahir sebagai anak napi" Cecilia kembali membuka pembicaraan.
Meskipun kaku, tapi Felisha menikmati obrolan mereka. Bahkan Felisha tidak peduli kalau dia akan telat.
Angin membelai rambut mereka seolah ikut menari-nari bersama bahagianya hati Felisha di tengah masalah yang ada, sama seperti angin yang meniup ditengah deru sibuknya kendaraan ibu kota.
Felisha menggandeng tangan Cecilia tanpa memandang wajah sang kakak. Ia merasa lebih aman berada didekat kakanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar