>

Cari Blog Ini

Jumat, 22 Juli 2016

JATUHLAH PADA CINTA

Mungkin aku jatuh Cinta!
Terjatuh pada kata Asmara, Jatuh seperti tetesan hujan yang menghantam bumi, Kau tau? Bila terlalu deras, maka petir akan ikut-ikut pula menggelegar.. Maka aku hanya bungkam, pada setiap apa yang membuatku merasa rintik-rintik itu datang.
Mungkin aku jatuh Cinta!
Cinta tanpa bisa aku menerka. Maka ajarkan aku bagaimana aku harus menyikapinya. Karena setiap tersebut namanya, pipiku akan merah merona. Sekalipun tak tersengat terik cahaya
Ada yang berontak didalam hatiku. Seolah ingin aku ceritakan saja pada siapa aku berjumpa. Lalu sesaat aku malu karena itu rahasia
Mungkin aku jatuh Cinta!
Tak apa kan? Sesekali aku memang harus jatuh pada cinta. Maka ingatkan aku bahwa malu dalam diriku adalah mahkota.


"Perkenalkan nama saya Asmara Maharani, panggil saja saya Ara"
"Nama yang bagus, silahkan duduk"
"Terimakasih, maaf sudah membuat Pak Adam menunggu terlalu lama"
"Oh tidak apa, saya memang sedang ada waktu luang"
"Bisa langsung saya mulai Pak?"
"Okey"
"Berdasarkan laporan rekan saya bahwa Kakek Pak Adam selalu menolak konsep yang kami tawarkan sebelumnya dan konsep pilihan calon Bapak, jadi konsep yang kami tawarkan adalah busana tempo dulu tapi dengan warna pastel Pak. Seperti desain saya ini, warna tidak akan menghilangkan nilai penghormatan untuk Kakek Pak Adam yang seorang veteran, serta tidak akan terlihat norak seperti yang calon bapak katakan. Karena setelah saya buka-buka instagramnya sepertinya Bu Tyas sering memakai baju warna pastel"
"Iya juga, kenapa saya tidak menyadarinya" "lalu dari mana Anda tau kalau Kakek saya veteran?"
"Kebetulan saya melewati masa kecil bersama Kakek Rahmadi. Saya tau benar mimpinya untuk cucu satu-satunya"
"Bersama Kakek saya?"
"Saya dari Jogja, dulu rumah kami bertetangga. Kakek selalu bercerita tentang banyak hal, juga tentang cucunya yang ada di Surabaya"
"Tunggu..Kamu..? Amala?"
"Apa kabar Mas Adam?"
"Astaga Amala! Saya tidak pernah menyangka kita akan bertemu lagi, bahkan bayangan Amala kecil sudah pudar diingatan saya"
"Jelas, wong kita ketemu cuma pas libur lebaran. Itupun hanya 2 kali lebaran"
Dia tertawa, antara tak percaya dan bahagia. Seandainya dia menyadari, kita tidak pernah berpisah.
"Jadi waktu aku umur 7 tahun Bapak dipindah tugas ke Jakarta. Maaf aku tidak sempat pamit ke Mas Adam, soalnya jauh"
"Paling tidak kamu titip surat ke Kakek, atau apa gitu. Ini kamu seperti hilang ditelan bumi Mal"
"Kan sekarang aku disini Mas, ada saat Mas Adam butuhkan"
Dia menatapku dalam, aku takut! Aku masih takut menatap matanya!
"Aku rindu kamu Mal, bahkan melebihi rindu itu sendiri. Aku coba cari kamu ke Jakarta, saat SMA aku memutuskan sekolah ke Jakarta sampai sekarang kerja, dengan harapan bisa melihatmu, meskipun aku tak mengenali wajahmu lagi"
"Maafkan aku Mas, waktu aku SMP aku sempat ke Jogja, tapi katanya Kakek ikut Orang Tua Mas ke Surabaya. Jadi aku tak tau lagi harus mencari kemana"
Dia berlutut dihadapanku! Menangis!
Aku harus bagaimana?
Dadaku rasanya seperti bom yang akan meledak!  Berdetak hebat tak terhentikan!

Aku tengah dalam kemurungan saat itu, uang jajan yang aku kumpulkan dari pertama masuk SMP rasanya sia-sia. Hadiah yang telah banyak menyita waktu dalam pemilihannya pun sia-sia!
Aku tidak hanya kerugian uang dan waktu,  tapi juga kesempatan.
Semua ini karena kerinduan yang bertahun-tahun aku simpan, kehilangan yang setiap waktu memenjarakanku, harapan yang selalu menidurkanku untuk bermimpi.
Ya!  Aku menyerah!  Menyerah pada desiran pertama seorang bocah berumur 5 tahunan. Yang tidak mengenal cinta, tapi kasih dan rasa aman, tapi bahagia yang tak beralasan.
Menyerah pada dua waktu perjumpaan, yang kemudian terkenang pada berjuta hari penantian. Penantian yang kini aku sesali.
Aku ingat betul, saat itu libur sekolah, aku sudah kelas dua tingkat pertama. Dia berjanji kalau dia dewasa nanti dan harus pacaran, maka pacarnya itu pastilah aku.
"Memang Mas Adam pengen punya pacar pas umur berapa?"
"Pas masuk SMA aja deh!"
"Berarti aku baru kelas 2 SMP dong"

Kami pun tersenyum malu-malu sambil memperhatikan mbak ku yang sedang asik bercanda dengan pacarnya di ruang tamu.
Apa kau lupa Mas? Candaan kita waktu itu? Karena keseriusanku menanggapinya, masa SMPku tak lagi biru, tapi telah sampai pada abu-abu.
Sejak kunjunganku ke Jogja waktu itu, yang tak menemukan apa yang aku cari, semua berubah! Dia telah meminta segala-galanya dariku.
Sampai akhirnya seorang SMA telah mampu menggesermu di akhir SMPku. Saat itu aku sedang ke toko buku untuk mencari-cari contoh soal ujian. Diapun sama, tapi beda jenjang kan?
Kami saling berkenalan, dia sangat pintar, dia juga tak bosan mengajariku yang otaknya dipenuhi masa lalu, yaitu kamu. Abu-abu diotakku lama kelamaan berganti, biru tapi bukan lautan, melainkan Langit! Sesuai namanya. Tak aku sangka, dalam satu tahun dia berhasil mengalihkan bertahun-tahun tentangmu.
Kau hilang untuk sementara Mas, kenapa sementara?
Karena saat acara perpisahannya, aku datang! Saat itu tersebut namamu untuk memberi sambutan sebagai ketua OSIS 'Adam Aditya Rahmadi'.
Aku sakit mas, itu artinya kau ada disini! Aku sakit ketika aku mulai membuka hati, kau datang! Tapi luka itu malah aku garami. Aku mendaftar di sekolahmu. Di sekolahnya.
Mas kau tau? Saat MOS aku sengaja datang telat. Sebenarnya Bapak sudah mengantarkan aku satu jam sebelum acara, tapi demi agar kau hukum Mas, demi agar kau lihat wajahku diantara ratusan siswa baru, itupun ku lakukan. Aku sengaja berjalan melewatimu, agar kau melihat wajahku, mengenaliku, menegurku.
Dan, memang benar kau menegur. Tapi...
"Wah ini hari pertama saja sudah telat! Kamu bagaimana sih?! Sini..sini.. Balik kesini!"
"Maaf kak, macet"
"Macet? Kamu jadikan macet alasan?! Ryan! Tulis nama anak ini, kasih dia pita merah dua sekaligus! Jadi 'nyawa' dia tinggal satu!"

Anak ini?! Anak ini kau bilang Mas! Kenyataan terpahit yang selama bertahun-tahun aku korbankan adalah 'Kau tidak mengenaliku'.
Bahkan satu tahun SMA denganku, kau tak pernah memperhatikan aku Mas, aku selalu ada di sekitarmu, berusaha mendekatimu tanpa berani menyapa. Kau hanya diam, asyik dengan buku-buku yang kau baca untuk persiapan ujian akhirmu.
"Aduh Kak maaf, saya tidak sengaja"
"Kamu kalau jalan hati-hati dong. Apalagi sambil bawa minuman begitu, lihat buku-buku saya jadi basah"
"Maaf kak saya tidak sengaja"
"Udahlah bro! Lagian lu dikantin masih aja belajar"
"Yan,  belajar kan bisa dimana saja,  kita kan di sekolah,  sekolah tempat belajar,  kantin ada dilingkungan sekolah,  artinya? "
"Iya gue tau!  Udah dek biarin aja,  teman kakak ini memang agak kelainan orangnya"
"Ryan... "
"Iya.. Iya.. "

Untuk kesekian kali, kau tak pernah mengenaliku. Seolah setiap pertemuan kita adalah pertemuan baru. Bahkan ketika akhirnya akupun mengikutimu hingga kuliyah. Aku bersyukur waktu memberiku lebih banyak kesempatan. Aku rasa dua tahun kedepan, kita akan bisa berteman lagi,  aku janji aku tidak akan mendekatimu dengan kesalahan,  karena cintaku ini bukan kesalahan.
Aku tak pernah mengkhianati kesetiaan Kak
Langit, karena meskipun hatiku tak lagi untuknya, aku percayakan aku selalu disisinya. Aku hanya perlu berterus terang nanti, saat ingatanmu tentangku kembali. Karena dia telah berjanji,  ketika kau kutemukan,  dia akan menerima keputusanku. Dia juga janjikan,  jika berkesempatan bersama, dia akan melamarku ketika usiaku telah seperempat abad. Aku bersyukur Tuhan masih berbaik hati mengirimkan Kak Langit, dia baik bahkan sangat sempurna. Tapi apakah Cinta mengenal kesempurnaan? Aku tidak tau!
Waktu memang telah memberiku kontrak selama dua tahun Mas! Tapi kau dengan seseorang. Tidak! Tapi kau mengejar seseorang, aku tak pernah mengenal perempuan seperti itu sebelumnya.
***Mungkin aku jatuh Cinta!
Aku jatuh sebagaimana fitrahnya.
Tapi aku labuhkan pada seorang bidadari.
Apakah berlebihan jika aku sebut demikian?
Dia seperti bidadari, suci dengan perilaku dan akhlaq nya.
Santun dalam pembicaraannya.
Mulia dengan pembawaannya.
***Mungkin aku jatuh Cinta!
Pada sebenar-benarnya perhiasan dunia.
Ia laksana mutiara yang tertutup rapat dalam karang pakaiannya
Yang tak sembarang orang mampu menjangkau indahnya
Apalah lagi memilikinya
Bagaimana manusia fakir sepertiku tak akan tergoda
***Mungkin aku jatuh Cinta!
Maka padaMu kumohon jagakan cintaku kepadanya
Karena Kau lah sebaik-baiknya Penjaga.

Hari itu,  aku kembali menangis. Puisi yang kau tempel di mading kampus, itu kata hatimu kan Mas?  Jujurlah.. Kau kini sering melibatkan dirimu diacara keagamaan, apa itu karena dia Mas?
Mungkin orang tak akan tau kau mencintainya,  bahkan diapun tak akan tau Mas, tapi.. Aku tau Mas, aku tau kau jatuh Cinta padanya!
Kau berubah Mas!  Kau bukan lagi Mas Adam yang aku kenal. Kata mereka kau Ikhwan. Tempatmu bukan lagi ruang BEM tapi masjid kampus. Dia telah mencurimu Mas, dia telah mengambil Mas Adamku.
Sejak saat itu aku putuskan untuk berhenti mengharapkanmu. Aku telah berjanji tak akan menampakkan diriku dihadapanmu, maka masa dua tahun bukanlah masa mendekatimu,  tapi menghindarimu. Aku pastikan kau bahkan tak akan menyadari ada wajah ini di tempatmu kuliyah Mas. Aku menyerah padamu, aku benar-benar kalah Mas.
Mau bagaimana kisah ini,  aku pasrahkan pada takdir. Takdir seperti apa yang akan Tuhan berikan padaku,  aku pasrah. Aku ikhlas.

"Aku minta maaf ya Mal, Kita jadi tontonan tadi"
"Tidak apa-apa Mas. Oiya, bagaimana Mas kenal dengan Bu Tyas"
"Panggil saja Mbak, Dia orang Jawa juga, tinggal di Jogja juga"
"Oiya?  Wah cocok sekali.. "
"Aamiin.. "
"Ayo cerita, bagaimana? "
"Jadi Tyas sama Aku itu dulu satu kampus. Cuma kami beda jurusan"
"Wah.. Berarti waktu kuliyah Mas Adam terkenal dong, sampai dapat yang beda jurusan"
"Nggak juga Mal, kita ketemu dalam satu organisasi"
"Mas sengaja masuk organisasi untuk mendapatkan Mbak Tyas? "
Kenapa kamu diam mas? Kenapa kembali menatap aku seperti itu?
"Kalau aku terus terang kamu percaya Mal? "
"Kenapa tidak percaya? "
"Kamu jawab saja"
Sejak dulu, aku selalu percaya padamu Mas. Bahkan karena kepercayaan itu, aku menyerah padamu. Kepercayaan bahwa kau jatuh Cinta, tapi bukan denganku.
"Okey, aku percaya"
"Saat itu aku ada dititik dimana aku benar-benar merindukanmu Mal"
Mas, jangan terbangkan aku! Aku tau kalau nanti bakalan terjatuh. Sayap ini tidak kuat Mas!
"Sejak dulu temanku bilang aku aneh, aku merindukan orang yang wajahnya aku lupa dan nama lengkapnya saja aku tidak tau. Aku hanya mengenalnya sebagai Amala, bahkan untuk merindukanmu aku tak butuh alasan. Aku selalu takut kalau ternyata kita dalam tempat yang sama, tapi aku tidak mengenalmu. Aku takut kau kecewa Mal"
Mas, ada yang sesak didadaku. Detakan itu sepertinya ingin meledak memenuhi dadaku hingga aku sulit bernafas. Perasaan apa ini Mas?
"Terimakasih sudah merindukan aku Mas"
Mas, kau tersenyum? Tapi kenapa matamu juga berkaca-kaca?
"Pada titik itu, aku sadar bahwa penyelesaian rindu yang tak tersampaikan adalah do'a. Do'a bagiku permintaan Mal, agar permintaan dikabulkan maka kita harus mendekat. Aku putuskan untuk ikut LDK. Memperbaiki pergaulanku, mengobati kegalauanku. Dan Alhamdulillah setelah bertahun-tahun Allah datangkan kamu, bahkan langsung dihadapanku. Bukan hanya itu, dia juga beri aku pendamping" "Setelah masuk LDK aku fokuskan diri pada perubahan Mal, tapi ya itu, sekali lagi hatiku diuji, dengan sosok Tyas. Kalau dipikir galau lagi,  tapi Alhamdulillah galaunya terarah ke hal positif"
Jangan bicarakan dia Mas,  hatiku sakit! Apalagi dengan senyum bahagiamu itu.
"Mal? Mal? Ara?"
"Eh,  iya Mas? "
"Aku mau kamu tetap Amala yang aku kenal"
"Pasti Mas"
"Oiya,  kok nama kamu bisa ganti? "
"Sebenarnya bukan ganti Mas, itu karena aku dulu pas kecil kan susah bilang namaku 'Asmara' jadi 'Amala'"
"Ooh.. Tapi aku waktu kecil bisa kok langsung sebut nama 'Adam'"
"Kan kalau 'Adam' gampang di sebutnya Mas"
"Nah gitu dong senyum, kamu masih manis saja kalau senyum. Belum ada yang bisa mengalahkan"
"Mbak Tyas? "
"Kenapa harus Tyas? "
"Kan Mbak Tyas berhasil mencuri hati Mas Adam"
"Kamu benar, tapi dari mana kamu tau kalau Tyas mencuri hatiku? "
"Karena dia bisa membuat Mas jatuh Cinta"
"Salah,  itu bukan jawaban, tapi kepastian"
"Maksud Mas? "
"Orang yang hatinya dicuri,  dia pasti akan jadi jatuh Cinta dengan pencurinya"
"Lalu jawabannya?"
"Orang yang hatinya tercuri, berarti sebelumnya ada yang memiliki. Kalau belum ada yang memiliki,  bukan dicuri, tapi memberikan"
Memiliki?  Memberikan? Siapa dia mas?  Bolehkah aku berharap kalau dia adalah aku. Meskipun akhirnya tercuri, setidaknya aku tau kau pernah memberikan hatimu untukku.
"Jadi Mbak Tyas mencuri?"
"Ya! Dia pencuri dan pengikat yang pintar"
"Pengikat?"
"Ya, dia telah mengikat hati yang dia curi, agar tak tercuri"
"Aku tidak mengerti lagi Mas"
"Dengan Tyas aku percayakan hatiku sekarang Mal, aku tak hanya terikat oleh dirinya, tapi terpikat"
"Mbak Tyas beruntung ya Mas"
"Bukan Tyas Mal, tapi Aku"
Jangan banggakan dia mas. Aku benar-benar sedang koyak akibat luka yang bertubi-tubi ini.
Sampai kapan aku harus berada dalam pertanyaan dan mimpi ini?  Aku terbang kemudian jatuh. Menyesal,  tak menyangka, terluka. Sampai kapan aku dalam ketidak pastian ini Mas?

Lihatlah Mas,  bahkan langitpun menangis deras. Hatikupun tengah hujan seperti itu. Maaf Mas,  aku pernah mendengar dalam hujan ada waktu yang bisa jadi terkabulnya sebuah do'a. Do'a itu permintaan kan Mas? Jahatkah aku jika meminta agar pernikahan ini batal?
Maafkan aku Mas. Aku terlalu mencintaimu, dan aku benci ketika aku mencoba melupakanmu kau selalu hadir. Bahkan saat inipun!
Ketika sebulan lalu Kak Langit melamarku!  Tepat diusiaku ke 25. Dia sudah berjanji Mas,  dan dia menepati janjinya. Dia tak menjanjikan pacaran yang berpotensi untuk putus. Tapi pernikahan,  akhir dari sebuah keseriusan yang baik.
Akupun telah menerimanya. Keluarga kami telah bertemu,  pernikahan kami telah ditentukan, kau tahu? Pernikahan kita hanya berjarak satu minggu. Aku akan menikah seminggu kemudian setelah pernikahanmu mas.
Harusnya aku mendengarkan Ibuk yang sudah melarangku untuk ambil job. Apalagi waktunya mepet dihari pernikahanku. Tapi Wina temanku benar-benar membutuhkan aku. Pengalamannya yang masih awam di Event Organizer,  ceritanya tentang ribetnya persiapanmu, dengan senang hati aku menerima. Tapi setelah tau nama mempelainya, aku akui seharusnya aku mendengarkan kata Ibuk.
Aku tau ini akan terjadi Mas. Aku tau aku akan kembali terombang-ambing. Aku tau aku akan kecewa, tapi pantaskah aku mengkhianati Kak Langit? Salahkah aku jika masih menghapkan dirimu? Bolehkah jika aku menyesal saat itu tak mengaku saja kepadamu kalau aku Amala mu. Aku tidak tau kau masih mengingatku, bahkan mengingat tanpa ingat akan aku.
"Lho, pulang kerja kok cemberut. Katanya habis ketemu klien"
Ibuk,  sebegitu kusutnyakah wajahku. Aku sudah bersusah payah untuk biasa saja.
"Benarkan Bude,  Kak Langit,  Klienku ini memang susah. Makanya aku minta tolong Ara"
"Sudah dari tadi Win? "
"Lumayan,  aku di telpon kak Langit.  Katanya dia butuh bantuan untuk tempel-tempel nama undangan. Maaf ya Ra, aku jadi ngerusak persiapanmu"
"Nggak apa Win. Toh anggap saja ini Job terakhir masa lajang"
Iya kak langit, ini job terakhir masa lajang,  sekaligus job yang membuat aku kembali tak rela melepaskan masa lajang.
"Kak Langit, kita bisa bicara di teras belakang?"
"Penting tidak? "
"Tidak terlalu"
"Ya sudah kamu mandi dan istirahat dulu. Lihat mukamu kusut begitu"
"Tapi bisa menghancurkan semua rencana"
Kak Langit, Ibuk, Wina,  maaf sudah membuat kalian menatap seperti itu. Maafkan aku harus mengatakan didepan kalian. Tapi izinkan aku mengakuinya hanya pada kak Langit. Maaf kalau kami harus beranjak dulu berbicara berdua.
"Kakak tau siapa Klienku? "
"Aku sebelumnya tidak tau, tapi dari kata-katamu tadi, mungkinkah? "
"Mungkin, dia datang lagi. Tepat saat aku kembali melupakan dia. Aku telah mengakui siapa diriku, tapi aku tak berani mengakui perasaanku"
"Ra, aku serahkan semua keputusan padamu"
"Kalaupun aku mengikuti keputusanku, semua sudah terlambat Kak"
"Aku tidak mau,  cintaku menjadi beban untukmu Ra"
"Jangan membuatku merasa menyakitimu Kak"
"Aku tidak akan tersakiti, selama kau bahagia"
"Kita sudah melangkah Kak, aku percayakan diriku padamu"
"Dirimu Ra?  Bukan hatimu.  Tidak apa,  tapi aku harap kamu bahagia"
"Aku percaya dengan Kakak aku akan bahagia, tapi aku minta waktu untuk terdiam sebentar. Sampai hari kita datang"
"Lalu acara Adam? Kau harus berikan yang terbaik untuk acaranya. Dan kau harus datang. Dia akan sedih kalau kau tidak datang"
"Aku akan berikan semua konsepnya pada Wina lagi. Dengan keadaanku,  Wina pasti akan mengerti" "Tapi maaf kalau nanti aku tak terlibat banyak dalam pernikahan kita"
"Istirahatlah Ra, terimakasih sudah memilihku"
"Hati tidak bisa dikendalikan untuk mencintai atau membenci... Maka jangan memaksa seseorang untuk juga mencintai kita" "Karena itulah, terkadang seseorang lebih memilih untuk menghabiskan hidup dengan orang yang mencintainya. Bukan yang ia cintai"

Minggu pagi, 16 Oktober 2016
71 panggilan tak terjawab, 6 pesan masuk. Dengan nomor yang sama.
Aku tidak sedang sibuk, hanya saja diluar rumah memang tengah sibuk. Aku sengaja membuatkan nada khusus untuk nomor ini, jadi ketika hapeku berbunyi, aku tinggal mendengarkan, dan membayangkan kebahagiaan mereka. Hari ini, Mas Adam akan menikah dengan Mbak Tyas.
Kira-kira jam 7 HP ku akhirnya beristirahat setelah hampir 2 jam tak henti berbunyi. Aku bisa melanjutkan tidurku. Bukan tidur, lebih kepada berkhayal dengan mata terpejam. Entah kenapa aku sangat terluka, bahkan aku sempat masuk rumah sakit kemarin, aku hanya bilang kalau aku stres menjelang pernikahanku, padahal sedikitpun aku tak memikirkannya. Aku dengan bodohnya malah terus meratapi pernikahan Mas Adam dan Mbak Tyas. Aku jelas melihat raut wajah kecewa Kak Langit,  tapi mau bagaimana lagi?  Perasaan ini tiba-tiba selalu menyerang. Aku tak pernah bisa mengendalikannya.
HPku kembali bunyi, tapi dengan nada lain. Jam 8 lewat, mereka mungkin sudah resmi menjadi suami istri, atau bahkan sedang akad.
Panggilan dari Wina? Kenapa? Bukankah seharusnya Wina mengurus pernikahan Mas Adam?
"Iya Win? "
"Ra gawat!  Kamu harus segera ke Rumah Sakit Insani"
"Rumah Sakit Insani? Kenapa?"
"Mas Adam kritis Ra! Cepatlah! Tidak ada waktu lagi!"
DUAAARRR!!!
Ruhku seperti sudah keluar dari ragaku! Ini ketakutan terhebat sepanjang hidupku!

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Untuk pemilik senyum termanis,
Amala, si pemilik hati yang tercuri.
** Assalamualaikum Wr. Wb.
Hai Amala-ku yang tak pernah habis ku rindukan.
In syaa Allah hari ini akan aku genapkan separuh agamaku tapi bukan denganmu, namun dengan perempuan yang kepadanya aku merasa Cinta itu nyata.
Sebab yang aku tau selama ini Cinta hanya sebatas kerinduan tanpa rupa, itulah kesalahan terbesarku, melupakan wajah kekasih yang tak pernah mampu aku lupakan dirinya selama hidupku.
Maaf aku mengingkari janjiku, janji bahwa kaulah yang akan menjadi kekasihku, karena sekali lagi waktu tak memihak padaku.
Kau datang saat semua sudah melangkah terlalu jauh. Atau aku yang terlambat menyadari keberadaanmu.
Aku pernah hampir mengatakannya, ketika seorang siswa baru terlambat datang MOS. Dia berjalan melewatiku, aku meneriakinya,  dan ketika dia menghadapkan wajahnya padaku seketika itu aku jatuh Cinta lagi, tapi melihat ekspresinya yang biasa dan namanya yang tak sama, aku mengira itu salah. Aku berusaha mungkin agar terlihat kasar didepannya ketika tanpa sengaja dia mengusikku, karena aku tak ingin aku beranggapan bahwa dia Amala-ku. Saat itu aku mengira gambaranku tentang Amala telah terganggu, aku sedih karena kehilangan wajahmu dalam bayanganku. Terlebih ketika kemudian aku tau dia juga kuliyah di kampus yang sama denganku, aku makin tersiksa. Saat itulah kisahku dan Tyas dimulai, pergolakan hatiku dimulai. Dia yang seperti menghindariku dan aku yang selalu terlibat satu event kampus dengan Tyas. Aku kira kau menghindari aku karena takut.
Amala-ku, terimakasih untuk pengakuanmu. Sesungguhnya hari itu aku benar-benar hancur. 'Asmara Maharani' aku tentu mengenalnya sejak hari pertama MOS itu,  bagaimana tidak? Dia mencuri wajah Amala yang ada dalam kenanganku. Tapi aku bahagia, setidaknya aku benar-benar bertemu denganmu.
Amala, apa perasaan kita masih sama? Apa kau masih menyimpan perasaan Cinta?
Jika masih, aku titipkan ia dalam do'amu. Biarlah kita hanya bersahabat, aku tak ingin berpisah lagi denganmu, tapi aku juga tak ingin mengkhianati Tyas, aku mencintainya dan dia baik. Aku harap perasaan ini membawa kepada kebaikan, tetaplah menjadi Amala sahabat kecilku yang ceria, Amala aku do'akan semoga kau bahagia,
Jatuhlah pada Cinta sekali lagi. Dunia bukan sebatas aku dan kamu.
Aku bisa, kau harus bisa.
***yang padamu hatinya pernah diberikan (Adam Aditya Rahmadi)
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Aku tau semua dari kak Langit. Kak Langit juga yang menyuruhku mengatakannya pada Pak Adam"
"Makasih Win, sampai saat ini kamu tetap sahabat terbaikku"
"Aku minta maaf juga kami pernah bertemu bertiga"
"Bertiga? "
"Iya,  aku,  Pak Adam dan Kak Langit"
"Jadi Mas Adam tau kalau....? "
"Iya, mobilnya bahkan sering terparkir didepan rumahmu. Dia hanya melihatmu dari dalam mobil"
"Kak Langit tau?"
"Akulah yang harus kamu marahi Ra, bukan Wina"
Entah kenapa Kak, kali ini darahku mendidih, aku marah padamu! Selama mengenalmu, kali inilah pertamanya aku marah padamu! Aku benci padamu!
"Kamu bohong Kak! "
"Ra dengarkan aku... "
"Kamu melanggar janjimu, kamu pernah janji kan!  Apapun yang terjadi kamu tidak akan berurusan dengan Mas Adam mengenai hubungan aku dengan dia!"
"Tapi Ra... Kamu juga harus tau kebenarannya! "
"Kebenaran apa?! Kebenaran kalau meskipun dia suka sama aku! Dia tetap tidak bisa melepas mbak Tyas?!  Iya kan?! "
"Tapi kamu harus yakin dia sangat mencintaimu Ra! Cinta tidak harus memiliki, kamu pernah bilang"
"Okey! Tapi buat aku dua orang yang saling mencintai tak bisa bersama itu tidak adil Kak!"
"Lalu seperti apa yang menurut kamu adil?"
"Aku saja mau meninggalkan orang sesempurna Kak Langit! Kenapa Mas Adam tidak bisa meninggalkan Mbak Tyas?! "
PLAAKK!!!
Tamparan ini?  Seperti telah mengembalikan ruhku pada badannya.  Membuka seluruh mataku untuk menangisi kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dadaku sesak, perasaanku tak menentu.
"Kalau kamu merasa tidak adil Ra, lalu bagaimana dengan aku yang tanpa kepastian?" "aku memelihara Cinta, tapi dia bukan milikku"
Lidahku kaku, tapi air mataku tak berhenti menetes. Dan untuk pertama kalinya aku melihat Kak Langit menangis.
"Kamu pernah bilang 'Hati tidak bisa dikendalikan untuk mencintai atau membenci... jadi kita jangan memaksa seseorang untuk juga mencintai kita dan karena itulah, terkadang seseorang lebih memilih untuk menghabiskan hidup dengan orang yang mencintainya. Bukan yang ia cintai"
"Entah kenapa Ra, aku terus memikirkan kata-kata itu. Aku merasa benar-benar bukan pemeran utama dalam Cinta, padahal dalam mencintai, harusnya kedua-duanya adalah pemeran, saling beriringan untuk melengkapi.
“Tapi aku sudah memutuskan pilihanku, yaitu Kak Langit”
“Bukan, aku yang memilihmu Ra. Seharusnya ketika memutuskan pilihan, maka pilihan yang lain sudah tidak ada kesempatan”
“Aku minta maaf Kak, Aku bodoh. Aku sudah menyia-nyiakan Kak Langit”
“Mungkin Aku sudah mengikatmu terlalu erat Ra, sampai Kau selalu berusaha melepaskan. Aku tak bisa bayangkan seperti apa hatimu sepeninggal Adam”
“Aku memang hancur Kak, tapi aku percaya Kak Langit mencintaiku”
“Aku mencintaimu, tapi mencintai hati yang hancur justru bisa melukai”
Aku kehabisan kata-kata, haruskah aku kehilangan lagi? Kehilangan yang sebenarnya dan ditinggalkan. Bahasaku saat ini hanya air mata.
“Aku lepaskan Kamu Ra, kau bisa datang kapanpun. Selama aku masih sendiri kau bisa memiliki Aku. Tapi pastikan kalau kau datang hatimu sudah benar-benar rapi kembali. Dan jangan terlalu lama, karena aku tak mau menunggu” “Maaf Aku meninggalkanmu disaat seperti ini, karena aku tak ingin Aku semakin terluka dan kehilangan cintaku padamu. Selamat tinggal Ra, jaga dirimu baik-baik. Percayalah bahwa Adam sudah tenang disana, cintanya tak pernah dimiliki orang lain, hanya untukmu”

Semua pergi,
Mas Adam pergi dalam kecelakaan mobil ketika menuju rumahku, untuk menjemputku agar menyaksikan pernikahannya. Dia meninggal dihari seharusnya dia bahagia. Semua karena Aku! Aku telah salah dalam berdo’a waktu itu.
Pada akhirnya Kak Langit juga benar-benar pergi karena aku. Dia benar-benar menyibukkan dirinya, hingga tak pernah menemui dan melihat keadaanku.
Sedang aku? Aku tak beranjak sedikitpun pada penyesalan, aku telah jatuh! Sejatuh-jatuhnya pada cinta. Aku menjaga cinta dalam sikap pengecut dalam hatiku tapi juga sekaligus menyia-nyiakan cinta yang lain. Dan mereka meninggalkanku.
Siapapun kalian, jika dalam hati kalian masih menyimpan rasa pada masa lalu, maka bangkitlah! Ia hanya bagian masa lalu yang mungkin menjadi takdirmu tapi mungkin juga tidak! Di depan sana masih banyak cinta yang menunggu tempat terindah dihatimu, mungkin dia bagian masa lalumu tapi mungkin juga tidak. Yang terpenting jangan kau pikirkan siapa dia, karena dia akan datang ketika hatimu benar-benar pasrah pada siapapun kau berlabuh. Percayalah, kalau kau ikhlas, Tuhan pasti akan berikan yang terbaik untukmu.


*****SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar