>

Cari Blog Ini

Kamis, 01 Januari 2015

Senja Musim Lalu #bag.09

DRAMA SEORANG RAMA





Drama hidup memang tak selalu menyajikan keindahan. bahkan akhirnya pun tiada yang tahu, akankah ia bahagia atau tetap pada nestapa. dalam menjalani hidup, tugas kita sebagai manusia hanya berusaha dan memasrahkan usaha yang telah kita jalani pada Pemilik Hidup.
karena hakikatnya bahagia itu ada pada diri kita, bukan harta yang berlimpah, mobil yang mewah, tapi pada hidup yang penuh berkah.
pagi menyapa setiap daun-daun dan sudut kota Jakarta. Afif tengah berdiri didepan cerminnya. setelah semua yang dia lalui, masa-masa menjelang kuliyah yang baginya begitu sulit, kehadiran bibi Azura yang menambah drama hidupnya, dan kepergian Gisha yang saat ini entah dimana.
sampai akhirnya menghantarkan Afif pada akhir kuliyahnya. hari ini ia akan diwisuda dan menghadapi hidup baru yang penuh tantangan.
meski bahagia, tapi Afif tak pernah bisa sedetikpun melupakan Gisha. apakah hari ini Gisha juga wisuda? dibelahan bumi mana dia sekarang tinggal? bahkan tetangganya pun tak mengetahui perihal kepergian Gisha.

Eras dan Gisha, sepasang kekasih yang pernah dikenal hampir seluruh mahasiswa dikampusnya, kini mendadak menghilang tanpa tahu jejaknya.
“Fif, ayo. Revi dan orangtuanya sudah menunggu”
suara Bi Azura membuyarkan lamunannya seketika.
“setelah semua yang kamu lalui, Bibi harap kamu bisa lebih dewasa dalam mengambil keputusan” kata Azura dengan dinginnya.
“tapi apa yang saya jalani, bukanlah hak kamu untuk menyetirnya” Afif membalas dengan tatapan penuh kebencian
“kita lihat saja, apa kamu bisa tanpa ada campur tanganku” tantang Bi Azura sambil melangkah pergi.
Afif hanya bisa mengepalkan tangannya. perempuan itu, tidak hanya memisahkan ia dengan Gisha, bahkan Gadis dan orang tuanya sekalipun. meskipun tinggal satu atap, Afif merasa keharmonisan keluarganya berkurang semenjak kehadiran Azura. setiap masalah selalu berakhir pada dirinya yang disalahkan.
bahkan kesalahan kecil, kadang malah menjadi semakin besar.
pernah suatu ketika Afif serius mengerjakan skripsinya sampai lupa menjemput Bundanya yang tengah pulang dari luar kota. ia iangt betul bagaimana kemudian Bunda datang dijemput Bi Azura dan memarahinya kemudia disusul Ayah yang menimpali dan Gadis yang mengatakan bahwa sebagai Abang dirinya tak pantas menjadi panutan.
yah, Gadis adik kesayangannya, kini mendadak berubah menjadi hakim untuknya. hanya Revi sahabatnya yang masih berpihak pada Afif.
“biasakan selesai lebih awal Fif, ini kan acara kamu” kata Ayah yang sedari tadi sudah menunggu dalam mobil.
Afif duduk disamping kemudi. sementara Bunda, Gadis, dan Bi Azura duduk di belakang.
“kan kasihan kak Revi dan keluarganya sudah menunggu dari tadi” gerutu Gadis.
sementara Afif hanya diam. ia melirik Bi Azura yang sedang asyik membaca buku, ia yakin setelah ini Bi Azura pasti akan mengeluarkan kata-kata maut yang biasanya membuat dirinya semakin terpojokkan.
tapi sampai mereka tiba di Gedungpun Bi Azura tak mengucapkan sepatah kata.

sementara Afif diwisuda, Azura dan Gadis menunggu diluar. karena undangan hanya untuk dua orang, Ayah dan Bunda.
Gadis selalu merasa nyaman berbicara dengan Bibinya itu.
“seharusnya sekarang tiga orang yang wisuda” Bi Azura membuka percakapan.
Gadis menoleh ke arah Bibinya “maksud Bi Azura Gisha?” tanya Gadis tak percaya.
semenjak kepergian Gisha, Gadis tak pernah lagi membicarakan tentangnya. kekecewaannya yang entah dia sendiri tidak tahu, melenyapkan semua perasaan persahabatan mereka.
“siapa lagi?” tanya Bi Azura dengan senyum khasnya
Gadis menunduk “bahkan dia tidak peduli”
“tidak peduli?”
“kalau dia peduli, sebelum pergi seharusnya dia berpamitan dengan kami. dia anggap apa kami?”
“Gadis.. Gadis.. Bibi harap kamu segera dewasa”
“maksud Bi Azura?”
“kamu fikir, apa yang dipikiran Gisha ketika mengetahui kamu kecewa terhadapnya? apakah Gisha berfikir kamu masih mau melihatnya?”
“Gadis tahu waktu itu Gadis kecewa Bi, tapi...”
“tapi kenapa? kamu masih menyalahkan dia? kenapa tidak kamu lihat dari sisi Abangmu?”
“maksud bibi?”
“Gisha masih memiliki hubungan dengan Eras, mana mungkin menjalin hubungan dengan Abangmu tanpa salah satu pihak yang menyatakan? dan apakah kamu pikir yang menyatakan itu Gisha?”
Gadis sejenak terdiam, apa yang dikatakan Bi Azura memang benar.
“Bi Azura sudah lama ingin mengatakan ini padamu, tapi Bibi sengaja menunggu moment yang pas”
“tapi, apakah mungkin Bang Afif..”
“kenyataannya Abangmu memang sudah menyimpan perasaan cinta ke Gisha kan?”
“tapi Abang cukup tau kalau tradisi keluarga kita tidak berpacaran”
“apa Bang Afif juga tahu pesan Almarhum nenek kalian?”
Gadis menggeleng pelan, “waktu itu Bang Afif tidak ikut menjaga nenek”
“setidaknya begitu terlihat bahwa Afif sangan mencintai Gisha”
entak kenapa setelah sekian lama Gadis merindukan Gisha. Gisha yang dalam perbedaannya mampu berbaur dengan mereka. Gisha yang salah dalam mengenal laki-laki. Gisha yang setau Gadis sangat mencintai Eras.
“setidaknya Gisha punya hak untuk berubah” bisik Bi Azura
“apa Bi Azura cemburu?” tanya Gadis memberanikan diri
“cemburu? bahkan aku merasa kalian adalah anak-anakku”
seketika mereka berdua terdiam. Gadis pun tak berani membuka pembucaraan lagi.
Azura mengambil sesuatu dari tasnya. ia buka kembali buku yang tadi sempat dia baca di mobil.
sementara Afif dan Revi didalam pun tengah terdiam, meskipun suasana ramai, tapi Afif sama sekali tak ingin larut dalam kebisingan itu. hal ini tentu menjadi sangat aneh bagi Revi, karena mereka tak pernah sekalipun melewatkan waktu dengan canggung.
“Fif?” Revi membuka percakapan
Afifpun menoleh dengan tatapan datar.
“kamu sakit?” tanya Revi
Afif menggeleng
meskipun bingung dengan sikap Afif, tapi Revi tau betul apa yang sedang dipikirkan Afif. yaah.. kepergian Gisha, Afiflah yang merasa sangat kehilangan. meskipun sudah satu tahun lebih Gisha meninggalkan mereka, tapi tak sedikitpun Afif mampu melupakan wanita itu. kadang sesekali ia katakan itu pada Revi. ditambah keluarganya yang membuat Afif tak nyaman. bagi Revi, Afif sudah seperti bagian dari hidupnya. dari kecil mereka bersama. jadi apa yang Afif rasakan, juga bisa ia rasakan.
termasuk hari ini, padahal impian mereka, mereka bisa wisuda bertiga.
“setelah ini Fif, carilah Gisha dengan sungguh-sungguh” “jika kamu yakin terhadapnya, ia pasti tak akan jauh”
“mana mungkin aku meninggalkan Gadis dan keluargaku, meskipun aku merasa kehilangan kedekatan dengan mereka, setidaknya ragaku tidak jauh dari mereka”
“biarkan ragamu jauh Fif, aku yang akan membuat hati mu dekat dengan keluargamu kembali. aku janji akan mengembalikan semua yang pernah kau miliki” kata Revi mantap
Afif tersenyum, senyum terbaik untuk sahabat terbaik. “selain keluargaku, kau adalah orang yang paling kupercaya Vi” “bagaimana aku membalas kebaikanmu selama ini”
“persahabatan kita sudah cukup untuk aku Fif”
seketika hati Afif bersorak, ia merasa kesempatannya akan segera terbuka lebar untuk mencari keberadaan Gisha. ia tau semua perasaannya salah, tapi sedikitpun ia tak bisa lepas dari bayang-bayang Gisha.
setelah bertemu dengan Gisha, hanya pernikahan lah yang akan Afif tawarkan untuknya.

**bersambung...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar