>

Cari Blog Ini

Minggu, 22 November 2015

SAYAP CLEOPATRA

Bandung tengah malam, lagi-lagi aku terbangun dengan suara suamiku yang tengah tidur. 'Cleopatra' beberapa hari nama itu dia sebut-sebut dalam tidurnya.
Kami memang sudah menikah hampir 1 tahun, dan dia sangat menginginkan anak. Tapi bukan kehendakku juga aku tak bisa memberikan ia anak. Aku juga telah berusaha. Yang aku takutkan, jika akhirnya dia menikah lagi.
"Berarti sudah sekitar 4 hari ya dia kenal perempuan bernama Cleopatra?" Risa sahabatku menanggapi ceritaku.
Siang itu kami bertemu di salah satu pusat perbelanjaan.
"Iya, gadis bernama Cleopatra itu teman satu kantornya yang baru pindah dari Jakarta"
"Sabar ya Rin, aku tau kamu pasti bisa menghadapi semua ini. Tetap cintai suamimu seperti tidak ada apa-apa"
 "Kamu enak Sa, suamimu mencintaimu dengan tulus, kamu punya anak-anak yang menenangkan"
Risa mengelus punggungku memberikan kesabaran. Dari sudut matanya nampak berkaca-kaca. Ah.. entah kenapa akhir-akhir ini Risa sering menangis mendengar cerita ku. Seolah dia begitu paham apa yang aku alami, dia mampu merasakan keperihan ini.
Aku hanya diam, mengamati keramaian sekitar sambil mengaduk-aduk lemon tea yang aku pesan. Tepat diseberang tempat aku duduk, seorang wanita paruh baya terlihat tengah menunggu seseorang, sadar jika aku perhatikan dia pun tersenyum ramah dan aku membalasnya.
Dia terlihat begitu cantik dengan setelan jas dan rok mini, rambutnya dia ikat rapi. Ah.. aku dulu pernah seperti itu, sebelum menikah. Masa dimana karir cemerlang dan banyak pria menginginkan aku. Hingga akhirnya aku pilih mas Fikri sebagai suamiku. Sederhana saja dulu aku memilihnya, dia anak orang terpandang dan mempunyai pekerjaan yang mapan. Alasan ku karena ketika menikah aku ingin fokus mengurus keluarga ku, suami dan anak-anakku. Karena kata Risa menjadi seorang ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mulia.
Ditambah lagi pengetahuan agama Mas Fikri yang matang, membuat aku yakin nanti anak-anak kami pasti menjadi generasi yang terbaik.
Hari ini sudah terhitung 10 hari kami makan malam dengan Cleopatra.
Tidak, Cleopatra tidak sedang satu meja makan dengan ku dan suamiku. Tapi namanya selalu dia sebut-sebut.
Dia selalu bercerita kalau Cleopatra itu lucu, menyenangkan, dan sebagainya.
Mas, taukah kau bahwa aku muak! Aku muak harus selalu pura-pura bersemangat menyimak cerita mu, aku muak harus ikut tertawa padahal hatiku meringis sakit. Aku muak harus selalu membahagiakanmu.
Tapi mas, satu hal yang tak pernah membuatku muak. Itu karena aku sangat mencintaimu dan tak mau kehilangan kamu.
"Jadi, kapan dong Mas, Cleo di kenalkan sama aku?" Tanyaku berpura-pura.
Mas Fikri menghentikan makannya, "serius kamu ingin kenal?"
"Iya dong mas, aku juga mau kenal"
"Kamu mau tau? Cleo sekarang ada di depan pintu rumah kita"
Duaarrrrr!!!! Seperti tersambar petir dimalam dingin, bahkan wanita itu sekarang di rumah ku? Apa setiap malam dia ada dirumahku?
Sejauh apa hubungannya dengan Mas Fikri? Aku membencinya! Aku harus bilang sejujurnya ke mas Fikri. Tapi? Aku tidak mau kehilangan dia!
Aku harus bagaimana?
Aku harus bersikap bagaimana kalau bertemu gadis itu?
"Rin.. bangun Rin"
Samar-samar aku dengar suara Risa. Dan kepalaku terasa begitu sakit.
"Sa, kamu kenapa kerumahku? Mana Mas Fikri? Dia bilang Cleopatra ada didepan pintu rumahku"
Risa memelukku erat, dia menangis sejadi-jadinya. Hatiku merasakan sesuatu yang tidak beres. Siapa Cleopatra? Kenapa Risa selalu menangis ketika aku menceritakan tentang gadis itu.
"Tadi si Mbok bilang kamu pingsan pas lagi makan malam"
"Iya, terus Mas Fikri mana? apa dia pergi bersama Cleopatra? Apa Mas Fikri tidak mengkhawatirkan aku yang sedang pingsan? Apa Mas Fikri sudah tidak mencintai aku lagi?"
"RIRIN!!!"
Aku tersentak, untuk pertama kalinya Risa membentakku. Aku langsung menghentikan pertanyaanku. Risa kembali menangis dan memelukku erat. Aku tidak mengerti apa yang terjadi.
Risa melepas pelukannya dan mengenggam tanganku erat "lupakan saja Mas Fikri dan Cleopatra. Mereka pasti sudah bahagia"
"Bahagia?! Aku tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut sahabatku. Kamu ternyata sama saja Sa! Aku tidak menyangka kamu setega itu padaku!"
"Rin, kamu harus bangkit!"
"Bangkit bagaimana Sa? Kamu jangan gila!"
Risa menghentikan tangisnya, ia lepaskan pegangan tangannya.
"Iya aku gila, dan karena aku gila, aku tak ingin mereka beranggapan bahwa kamu GILA!!!"
Aku makin tak mengerti apa yang diucapkan Risa. Dia memegang pundakku erat . Menarik nafas panjang dan menghembuskan nya pelan. Seolah ia ingin membuat sebuah pengakuan.
Aku makin tak menentu mendengar apa yang akan diucapkan Risa, apa dugaanku selama ini benar? Bahwa Risa ada hubungannya dengan Cleopatra? Apa ada yang di sembunyikan dia dariku?
"Rin, kamu harus ikhlaskan kematian Mas Fikri. Dia sudah tidak bersama kita, percayalah, Mas Fikri tak mungkin mengenal Cleopatra, mas Fikri tak akan mengkhianatimu"
Untuk kedua kalinya aku disambar petir. Tapi kali ini lebih keras hingga aku terpental.
Aku membuka kembali lembar demi lembar novel yang dibuat Mas Fikri sebagai hadiah ulang tahunku. Aku sangat menyukai novel dan aku memang selalu ingin Mas Fikri menuliskan sebuah novel untukku. Meskipun ia tak pandai menulis. Aku tentu kenal dengan Cleopatra, dia adalah gambaran fiksi tentang diriku yang diceritakan Mas Fikri dalam novel yang dibuatnya untukku. Tapi dia juga mampu merenggut Mas Fikri dari pelukanku dalam sebuah kecelakaan tunggal karena sibuk membaca kisahnya.
Mas Fikri tewas bersama dengan tulisannya yang belum sempat dia berikan padaku. Ya aku pasti mengingatnya. Dua minggu lalu sayapnya membawa Mas Fikri dan menghantuiku. Aku salah, Mas Fikri tak pernah menyebut-nyebut namanya ketika tidur, karena Mas Fikri sudah tidak lagi tidur denganku, dia telah tidur bersama keabadian, apalagi menceritakannya ketika makan malam, karena makan malamku penuh kekosongan.
Aku telah dihantui kehilangan, hingga aku tak mengikhlaskan kepergiannya.
Ah.. Mas Fikriku, tentu aku tau kau yang paling setia. Aku mencintaimu. Terimakasih untuk satu tahun yang berharga. Aku berjanji akan menjagamu dalam hatiku..
***SELESAI...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar