09:07am, Mg 29-04-2012
Pagi, sekitar jam sembilanan. Aku masih bermalas2an dikamar kost ku. Ada perasaan takut menyambut senin besok untuk UTS. Padahal, meskipun masih semester satu, UTS bukan hal baru buat ku. Toh! Aku dulu juga pernah kuliyah.
Untuk mengusir rasa itu, aku buka situs facebook melalu selular. baru saja kubuka, aku mendengar berita duka bahwa Ayahanda salah satu teman kuliyahku (yang belum lama kudengar sakit) meninggal. 'Innalillahi wa Innailaili raaji'uun'.
Ada rasa sama yang muncul sebelumnya 'takut!' tapi kali ini melebihi yang sebelumnya.
Aku membuka Album keluargaku. Aku tau, rasa yang sama yang tengah dialami temanku itu suatu saat juga aku rasakan.
Aku masih melihat sosok itu. Laki-laki yang sampai saat ini adalah satu-satunya yang tulus mencintaiku.
Bolehkan aku merasakan kehilangan?
Aku sungguh takut! Meskipun beliau adalah sosok yang kuat!
Beberapa minggu yang lalupun aku mendengar kabar bahwa teman sesamanya ketika cuci darah meninggal. Beliau, sudah terhitung setelah lebaran kemarin harus bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah selama seminggu dua kali karna gagal ginjal dan komplikasi. Setelah sebelumnya menderita penyakit diabetes.
Aku pernah menawarkan ginjalku pada beliau, tapi beliau selalu menolaknya
'yang harus kamu lakukan adalah siap untuk kehilangan ayah dan menjaga adik-adikmu' begitu katanya.
Ayaaaah..
Aku tak pernah takut memegang posisi menggantikanmu untuk mengurus adik2ku! Tapi aku takut jika kau pergi meninggalkan kami..
Kau adalah satu2nya laki-laki yang ada dirumah dan yang kami sayangi, dan kau harapkan menghalalkanku dengan imamku kelak (baca suami-red)
Bolehkan jika rasa inipun aku punya?
Rasa yang selalu datang kapanpun bila aku mendengar berita duka itu.
Meskipun aku tak pernah tau siapa yang akan dahulu dipanggil oleh Pemilik hidup.
Nafas ini hanya sementara..
Ruh ini hanya singgah saja..
Satu persatu, orang disekitar kita pasti kembali..
Bisa jadi kita ditinggalkan, atau bahkan meninggalkan..
Ini tentang rasa itu,
rasa bahwa aku takut, belum bisa membahagiakanmu..
Pagi, sekitar jam sembilanan. Aku masih bermalas2an dikamar kost ku. Ada perasaan takut menyambut senin besok untuk UTS. Padahal, meskipun masih semester satu, UTS bukan hal baru buat ku. Toh! Aku dulu juga pernah kuliyah.
Untuk mengusir rasa itu, aku buka situs facebook melalu selular. baru saja kubuka, aku mendengar berita duka bahwa Ayahanda salah satu teman kuliyahku (yang belum lama kudengar sakit) meninggal. 'Innalillahi wa Innailaili raaji'uun'.
Ada rasa sama yang muncul sebelumnya 'takut!' tapi kali ini melebihi yang sebelumnya.
Aku membuka Album keluargaku. Aku tau, rasa yang sama yang tengah dialami temanku itu suatu saat juga aku rasakan.
Aku masih melihat sosok itu. Laki-laki yang sampai saat ini adalah satu-satunya yang tulus mencintaiku.
Bolehkan aku merasakan kehilangan?
Aku sungguh takut! Meskipun beliau adalah sosok yang kuat!
Beberapa minggu yang lalupun aku mendengar kabar bahwa teman sesamanya ketika cuci darah meninggal. Beliau, sudah terhitung setelah lebaran kemarin harus bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah selama seminggu dua kali karna gagal ginjal dan komplikasi. Setelah sebelumnya menderita penyakit diabetes.
Aku pernah menawarkan ginjalku pada beliau, tapi beliau selalu menolaknya
'yang harus kamu lakukan adalah siap untuk kehilangan ayah dan menjaga adik-adikmu' begitu katanya.
Ayaaaah..
Aku tak pernah takut memegang posisi menggantikanmu untuk mengurus adik2ku! Tapi aku takut jika kau pergi meninggalkan kami..
Kau adalah satu2nya laki-laki yang ada dirumah dan yang kami sayangi, dan kau harapkan menghalalkanku dengan imamku kelak (baca suami-red)
Bolehkan jika rasa inipun aku punya?
Rasa yang selalu datang kapanpun bila aku mendengar berita duka itu.
Meskipun aku tak pernah tau siapa yang akan dahulu dipanggil oleh Pemilik hidup.
Nafas ini hanya sementara..
Ruh ini hanya singgah saja..
Satu persatu, orang disekitar kita pasti kembali..
Bisa jadi kita ditinggalkan, atau bahkan meninggalkan..
Ini tentang rasa itu,
rasa bahwa aku takut, belum bisa membahagiakanmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar