>

Cari Blog Ini

Senin, 07 Mei 2012

OASE DIDALAM HATI / #21

faya meringis kesakitan, badannya sakit semua rasanya. Ia sendiri tidak menyangka kenapa ia bisa jatuh. Padahal ia hanya jalan kaki biasa.
“dalam enam bulan terakhir, mbak fay seriiing sekali jatuh, minggu ini saja, dikantor mbak sudah jatuh tiga kali. Itu yang saya lihat” kata nabil yang mengetahui faya jatuh
Faya tersenyum kecut “saya tadi melamun”
“yang jelas mbak fay kecapaian, kenapa mbak nggak coba cuti?” Tanya nabil
“hemz! Novel kedua saya sudah hampir jadi, mungkin setelah pencetakan pertama saya mau ngambil cuti mas”
“gitu dong mbak, dunia itu semakin dikejar justru semakin jauh. Beda dengan akhirat!”
faya hanya tersenyum. “saya kurang jelas dengan yang mas nabil bicarakan” akunya
Nabil mendesah “kenapa akhir-akhir ini bicara dengan mbak fay jadi seperti bicara sendiri?”
“maksud mas nabil?” Tanya faya tak mengerti

“yah! Saya harus mengulang berkali-kali” guraunya
Faya kembali tersenyum “ya sudah, saya permisi.” Katanya.
Namun ketika hendak melangkah, kakinya terasa sulit digerakkan, sontak iapun jatuh untuk kedua kalinya. Nabil yang melihatpun tertawa dibuatnya.
“sepertinya tidak perlu menunggu cetakan pertama deh mbak, sekarang juga harusnya mbak fay istirahat” katanya
“ini bukan masalah istirahat atau tidaknya mas, tapi tanggung jawab” kata faya sambil tersenyum.
“ya sudah mbak fay, semua itu terserah mbak, saya mau keluar sebentar. Assalamu’alaykum..”
“wa’….” Suara faya tersendat, “wa’alaykumsalam..”jawabnya dalam hati.

“saya harus menikah dengan ukhty meyfa?!”
“iya, bukankah anda teman dekat akhy gigar. Paling tidak sifat seseorang itu pasti tak jauh dari sahabatnya” pinta indi
Asrul terdiam “…”
“tolonglah akhy nasrullah., meyfa kritis, saya akan merasa sangat berdosa bila membiarkan dia pada keadaannya. Meyfa syock karna…” indi tak mampu membendung air matanya “karna ia sangat mencintai akhy gigar, dalam angannya ia merasa menjadi istrinya akhy gigar”
“dari mana ukhty tau?”
“dari buku hariannya, ia sangat membutuhkan seseorang yang bisa menggantikan akhy gigar saat ini”
“…”
“tolonglah akh..”
Asrul mendesah, “sebenarnya bukannya saya tidak mau menikah dengan ukhty meyfa”
“lalu?” Tanya Indi
“ukhty, siapa yang menolak untuk menikah dengan ukhty meyfa? Saya rasa tidak ada! Dia cerdas, sholeha, keturunan keluarga baik-baik dan berada, cantik, dan peduli terhadap sesamanya”
“akhy setuju?”
“tidak, maaf ukhty, saya menolak”
Indi Nampak kecewa dengan jawaban asrul “kenapa? Akhy bilang tidak mungkin ada yang menolak untuk menikah dengan meyfa”
“….”
“saya kecewa dengan jawaban akhy, saya tegaskan akh. Bila akhy tidak mempunyai sebuah rasa terhadap seseorang, janganlah mencoba untuk memujinya. Karna pujian itu akan menumbuhkan rasa dihatinya. Permisi”
Indi berlalu tanpa salam, tapi langkahnya terhenti ketika asrul mengungkapkan sesuatu.
“sebenarnya ada seseorang yang mencintainya, dia lebih baik dari saya, bahkan akhy gigar sekalipun!” kata asrul
Indi kembali ketempatnya semula “siapa?” tanyanya tak sabar
“saya pernah mencoba mengatakan pada ukhty meyfa”
“lalu?”
“tapi saya malah dimarahi oleh ukhty meyfa”
“kenapa?”
“karna ukhty meyfa bilang tidak mungkin, dan ukhty meyfa tak mampu untuk mengharapkannya, karna ia merasa ia tak pantas untuk laki-laki itu” asrul diam sejenak “dan laki-laki itu juga enggan mengungkapkan pada ukhty meyfa, karna saat itu ia merasa belum saatnya., hingga perasaan itu terkubur bersama tiap langkahnya”
“…”
“ukhty, ukhty salah bila menemui saya, saya bukan hendak memberi harapan pada ukhty meyfa, tapi saya malu pada situasi, saya takut menghalangi ukhty meyfa mendapatkan yang terbaik, dan saya takut tidak bisa menjadi yang terbaik untuk ukhty meyfa”
“siapa laki-laki itu akh?” Tanya Indi
“namanya Muhammad Nabil. Kebetulan dia bekerja dijakarta, sebentar saya ambilkan alamatnya”
Asrul melangkah masuk kedalam kamarnya, sementara Indi menunggunya. Entah kenapa indi merasakan sesuatu yang tidak seperti biasanya ia rasakan, ditengah kesedihan hatinya atas nasib saudaranya ia merasakan perasaan indah yang mencoba memasuki relung hatinya, perasaan hangat yang bersemayam didinding-dinding hatinya yang dingin.
“ini ukhty!”
Indi sedikit tersentak menyadari kedatangan asrul “oh.. te.. terimakasih akh!” ucapnya
“iya sama-sama, senang bisa membantu ukhty”
Indi hanya tersenyum “permisi, Assalamu’alaykum..”
“wa’alaykumsalam”

Nabil mengerutkan keningnya demi mendengarkan informasi dari gigar, “minggu depan? Cepat sekali mas?” tanyanya
“yah, orang tua aisha yang meminta agar aisha segera dihalalkan, walimatulnya sih tidak ada acara besar-besaran kang, hanya ijab qabul. Aisha meminta dana untuk acara disumbangkan ke yayasan yatim piatu” kata gigar sembari merapihkan baju-bajunya kedalam rangsel
“lalu? Acaranya dimana?”
“diasrama Darul Amal, semua ibunya yang mengatur. Ternyata kedatangan saya sudah dinanti sejak saya pertama kejakarta”
“lalu, sekarang mas gigar mau pulang?”
“iya kang, maaf baru sempat bica sekarang, saya tidak ada waktu untuk kekost kang nabil, kalau lewat selular saya rasa kurang sopan”
“tidak apa-apa mas. Saya juga harus minta maaf”
“kenapa?”
“mungkin pas hari H nya saya datang, atau mungkin malamnya.”
“ijab qabulnya malam kok kang,”
“wah! Kebetulan sekali, berarti saya bisa menyaksikan moment penting ini” kata nabil bersemangat
Gigar hanya tersenyum
“sebenarnya saya sudah curiga, karna sudah tiga hari ini kak surya tidak masuk, makanya saya sempatkan mampir ke kost mas gigar” tuturnya
“saya minta maaf sekali lagi kang”
“tenang saja mas, titip salam buat sahabat-sahabat di Darul Amal”
“Insya Allah”
Gigarpun keluar dari kostnya menuju rumahnya bersama nabil yang mengantarkannya sampai terminal..


*bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar